Suamiku Sudah Meninggal dan Aku Merawat Ibu Mertuaku Selama Bertahun-tahun, Saat Membaca Surat Wasiat Ibu, Aku Merasa Terharu
Erabaru.net. Ada banyak anak di keluarga kami, dan aku adalah anak kedua. Mereka semua mengatakan bahwa anak kedua akan selalu terluka. Ini benar. Aku hampir tidak dipandang di keluarga kami.
Orangtuaku sering melupakan keberadaanku. Yang terburuk, ketika yang lain menangis, mereka akan dipeluk dan dihibur oleh orangtuaku, dan saat aku menangis hanya akan dimarahi. Saya tumbuh dengan bertanya-tanya mengapa tidak ada yang peduli dengan aku.
Belakangan setelah aku menikah dengan suamiku, aku merasakan bagaimana rasanya disayangi.
Saudara suamiku terdiri dari tiga bersaudara, dan suamiku yang termuda, jadi aku tinggal bersama menantu-menantu yang lain. Ketiganya benar-benar baik, dan ibu mertuaku menganggapku seorang putri.
Suatu hari mengetahui bahwa aku hamil, keluarga suamiku diliputi kegembiraan. Suamiku kemudian pergi berbelanja makanan untuk merayakannya, tetapi dia tidak pernah kembali setelah dia pergi.
Suamiku meninggal di dalam kecelakaan mobil. Ketika mendengar berita itu, tekanan darah ayah mertua tiba-tiba naik dan meninggal karena pendarahan otak.
Setelah beberapa saat, kedua kakak iparku meninggalkan rumah, dan hanya aku dan ibu mertuaku yang tersisa.
Ibu mertuaku juga menjadi cepat tua dalam semalam, mengalami infark otak yang parah, dan lumpuh di hanya berbaring di tempat tidur. Ibuku membujuk aku untuk menggugurkan kandunganku, dan mengatakan bahwa aku akan mudah menikah di masa depan dengan tanpa anak.
Aku bersikeras untuk merawat ibu mertuaku dan melahirkan seorang anak. Ini adalah satu-satunya darah dan daging suamiku. Bagaimana aku bisa dengan tega menghancurkannya?
Sambil merawat ibu mertua dan anak aku bekerja untuk mencari uang
Ketika anakku berusia empat tahun, ibu mertua saya sakit parah dan pergi ke rumah sakit.
Hari itu keluarga kandungku dan keluarga mantan suamiku semua berkumpul di rumah sakit, berkumpul di bangsal ibu mertuaku yang sekarat.
Ibu mertuaku mengatakan bahwa dia telah menulis wasiatnya. Santunan untuk kecelakaan mobil suamiku, rumah, dan tabungan keluarga semuanya diserahkan kepadaku dan anakku. Tidak ada anaknya yang lain mendapatkan satu sen pun.
Ibu juga mengatakan, aku masih muda, jangan menjanda selama lima tahun. Dia merestui aku menemukan seseorang untuk dinikahi, asalkan anak itu tidak mengubah nama keluarganya dan tahu siapa ayah dan kakeknya.
Aku berlutut di samping tempat tidur dan menangis tak percaya. Mengapa kerabatku pergi satu per satu?
Aku memutuskan tidak ingin menikah lagi. Sungguh, rasanya aku tidak bisa bertemu dengan seseorang yang memperlakukanku seperti mereka.(yn)